NASIONALISME.NET, YOGYAKARTA – Mahasiswa dan dosen Program Studi Manajemen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) melaksanakan pengabdian masyarakat di UMKM Warung Padang Pitunang, sebuah usaha kuliner khas Minang yang berdiri sejak tahun 2020 di wilayah Kecamatan Berbah, Yogyakarta. Kegiatan ini mengusung tema “Pembangunan Komunitas melalui SDGs dan Ajaran Tamansiswa”, dan didampingi oleh dosen pembimbing Ignatius Soni Kurniawan, Ana Fitrotun Nisa, Umi Wahidah, serta Suddin Bin Lada dari Universiti Malaysia Sabah.
Warung Padang Pitunang dikelola oleh Bapak Filang bersama dua karyawannya. Usaha ini dirintis dari keinginan untuk melestarikan masakan Padang sekaligus merespons peluang usaha di lingkungan tempat tinggal. Dengan menu andalan seperti nasi ayam, nasi lele, dan pilihan lauk khas Minang lainnya, warung ini telah menjadi bagian dari kuliner harian masyarakat sekitar.
Meski telah berjalan hampir lima tahun, pelaku usaha tetap menghadapi berbagai tantangan, mulai dari fluktuasi harga bahan pokok hingga upaya menjaga konsistensi rasa dan kualitas layanan. Selain itu, keterbatasan dalam strategi pemasaran dan inovasi produk membuat daya saing warung ini perlu ditingkatkan, terutama di tengah maraknya bisnis kuliner serupa di Yogyakarta.

Sebagai bentuk kontribusi konkret, mahasiswa UST menerapkan pendekatan Tri-N yang terinspirasi dari filosofi Ki Hadjar Dewantara: Niteni, Nirokke, dan Nambahi. Ketiga pendekatan ini diterapkan dalam bentuk pendampingan dan diskusi partisipatif bersama pelaku usaha. Melalui niteni, mahasiswa mendorong pelaku usaha untuk mengamati praktik sukses dari pesaing, termasuk strategi promosi dan pelayanan pelanggan. Salah satu hasil observasi yang diadopsi adalah pemberian promo “Jumat Berkah”, berupa potongan harga untuk menu tertentu guna meningkatkan loyalitas pelanggan.
Tahapan nirokke dilaksanakan dengan meniru praktik baik secara kreatif, seperti memperbaiki tampilan menu dan menyusun ulang alur pelayanan untuk lebih efisien. Sementara nambahi dilakukan dengan menghadirkan inovasi menu seperti ayam bakar dan sistem layanan yang lebih ramah dan personal. Pelaku usaha juga mulai mempertimbangkan perluasan distribusi melalui layanan daring untuk menjangkau konsumen lebih luas.
“Proses sederhana seperti mengamati dan menambahkan sentuhan kecil dari apa yang sudah ada bisa menghasilkan dampak yang cukup signifikan. Yang penting, kita harus terus belajar dari sekitar,” ujar Bapak Filang.
Mahasiswa juga memberikan masukan dalam pengemasan visual usaha, termasuk menyusun tagline dan strategi promosi dasar melalui media sosial. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan UMKM dapat memiliki identitas yang lebih kuat di tengah kompetisi usaha mikro yang semakin padat.
Program pengabdian ini tidak hanya bermanfaat bagi UMKM, tetapi juga memperkaya pengalaman belajar mahasiswa. Mahasiswa mendapatkan pemahaman langsung mengenai tantangan riil dunia usaha, serta belajar menjadi fasilitator perubahan berbasis komunitas. Kegiatan ini mencerminkan filosofi Ajaran Tamansiswa yang menekankan pada pendidikan yang menyatu dengan kehidupan masyarakat.
Ke depan, Warung Padang Pitunang bercita-cita memiliki lebih banyak cabang dan mampu melayani masyarakat lebih luas. “Kalau boleh bermimpi, saya ingin usaha ini terus berkembang dan punya banyak cabang” pungkas Bapak Filang.
Diharapkan pendampingan semacam ini dapat dilakukan secara berkelanjutan. Dengan keterlibatan perguruan tinggi, UMKM seperti Warung Nasi Padang Pitunang berpeluang besar untuk tumbuh menjadi usaha yang mandiri, tangguh, dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Sinergi antara dunia pendidikan dan pelaku usaha lokal menjadi kunci dalam mendorong kemandirian ekonomi berbasis masyarakat.
Penulis: Basilius Agung Tirta Buana, Jurdan, Yohanes Kajam, Muhammad Arsel, Jaka Paksigarda Devloka, Muhammad Rizky Pratama, dan Ignatius Soni Kurniawan (Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa).
Editor: Erna Fitri, Tim NASIONALISME.net