NASIONALISME.NET, SEMARANG – Program sertifikasi halal mandiri sering kali menjadi tantangan bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), terutama karena biaya yang tidak sedikit. Namun, bagi para tenant di Car Free Day (CFD) Sikatak, kendala tersebut kini teratasi berkat inisiatif mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) IDBU 22 Universitas Diponegoro (UNDIP).
Program halalisasi produk ini merupakan implementasi dari arahan Rektor UNDIP, Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si., yang bertujuan untuk memberikan kepercayaan lebih dari konsumen terhadap produk yang bahan-bahannya sudah terjamin kehalalannya.
Salah satu UMKM yang merasakan dampak positif ini adalah Kedai Lokajaya. Pemilik kedai tersebut, yang sudah berjualan sejak CFD Sikatak pertama kali diadakan, mengaku sangat terbantu. “Rasanya senang banget, karena awalnya mau sertifikasi halal sendiri, tapi mahal sekali untuk ukuran bisnis UMKM. Jadi pas ditawarin gratis, rasanya sangat membantu,” ujarnya.

Tim yang menggarap program kerja halalisasi terdiri dari enam orang, Rino Fransuella (Hukum), Refa Ega (Peternakan), Nur Aisah (Biologi), Aurora Fara (Biologi), Ryannanda Augusta Budi Dewangga (Hukum), dan Sekar Irmasari (Teknologi Pangan). Mereka membantu para pelaku usaha dengan melakukan survei langsung ke rumah pedagang untuk memverifikasi bahan baku dan cara pembuatan.
Rino Fransuella, mahasiswa dari Jurusan Hukum, menjelaskan bahwa mereka menargetkan 24-25 pelaku usaha untuk mendapatkan sertifikasi. “Sejauh ini, kami sudah mendekati lebih dari 50 pelaku usaha, dan sekitar 30 di antaranya menyatakan minat untuk dihalalkan,” terang Rino. Proses ini masih berlangsung.
Meskipun demikian, ada beberapa kendala yang dihadapi. Menurut Rino, beberapa UMKM masih menggunakan produk yang belum bersertifikasi halal. Refa Ega dari Jurusan Peternakan menambahkan, “Kendala yang saya alami adalah pelaku usaha menunda-nunda saat diminta memberikan informasi.”
Mekanisme yang digunakan adalah skema self-declare yang dibantu oleh Kementerian Provinsi Jawa Tengah. Mahasiswa berperan mengumpulkan data, lalu menyerahkannya kepada pendamping untuk proses selanjutnya. Kegiatan observasi, monitoring dan kontrol dilakukan secara bertahap dimulai sejak akhir Juli 2025 hingga proses sertifikat halal turun.
Rais Nur Latifah, dosen UIN Walisongo sekaligus pendamping tim halal, mengapresiasi inisiatif ini. “Saya sangat bangga karena teman-teman KKN sudah berinisiatif menjalankan program halalisasi yang sejalan dengan program BPJPH,” ungkap Ibu Rais. Ia menambahkan bahwa sertifikasi halal sangat penting agar konsumen merasa bahagia, aman, nyaman, dan percaya terhadap produk yang dibeli.
Dengan proker halalisasi ini, mahasiswa KKN IDBU 22 UNDIP tidak hanya membantu pelaku UMKM secara praktis, tetapi juga turut serta dalam memperkuat jaminan produk halal di Indonesia, memberikan dampak positif bagi pelaku usaha maupun konsumen. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa sekelas UMKM juga bisa mengupayakan produk yang lebih sehat dan terpercaya di tengah masyarakat.