NASIONALISME.NET, SEMARANG – Kethoprak Sri Mulyo merupakan salah satu grup pertunjukan seni yang dibentuk pada tahun 1974 di Desa Jurang Blimbing. Melalui tahun demi tahun, nasib Kethoprak ini kian maju mundur. Salah satu tantangan terbesarnya adalah promosi dan pemasifan dari Kethoprak itu sendiri. Di era digitalisasi seperti saat ini, media sosial memegang peranan penting dalam menarik minat dan daya masyarakat.
Kethoprak Sri Mulyo terkena dampaknya. Kurangnya pemasifan informasi, konten-konten promosi yang menarik, hingga penyebarluasan secara fisik melalui poster menjadi faktor-faktor yang harus diselesaikan bersama dengan kolaborasi antara pemerintah dan warga setempat.
Melalui wawancara yang dilakukan oleh Tim KKN kepada Mbah Gimin (salah satu pilar utama dalam Kethoprak Sri Mulyo) pada Agustus 2025, diketahui bahwa Kethoprak ini sempat berhenti melakukan pementasan karena banyak kendala, seperti kurangnya orang, sesepuh yang mulai tiada, hingga minat masyarakat yang turun.
Bantuan dana juga merupakan salah satu masalah krusial yang mereka hadapi, karena pementasan kerap dilakukan secara gratis dan diperuntukkan sebagai hiburan warga. Mbah Gimin juga mengatakan, Kethoprak bisa hidup kembali berkat KKN Universitas Diponegoro yang dikirim ke Jurang Blimbing sejak tahun 2017.
Sejak saat itulah, geliat Kethoprak mulai bisa dirasakan dengan diadakannya pementasan yang menjadi proker besar Tim KKN, dihimpunnya kembali pemain-pemain, dan panggung yang di set up sedemikian rupa hingga menarik minat masyarakat.
Mbah Gimin secara spesifik memang tidak mengatakan promosi sebagai faktor yang penting, namun hasil diskusi singkat itulah yang membawa saya dan teman-teman pada pemikiran bahwa apabila Kethoprak ini dimasifkan dengan baik dan benar, terstruktur, dan menarik, mana hal itu juga akan berdampak bagus sebagai salah satu hal yang menunjang pementasan. Kemudian, kami mencari sasaran dari masyarakat, mana yang kira-kira bisa kami “titipkan” mengenai masalah promosi dan pemasifan Kethoprak ini. Akhirnya, pilihan jatuh kepada Karang Taruna.
Sebagai tombak anak muda di RW 04 Desa Jurang Blimbing, Karang Taruna patut diberi ruang untuk bisa turut ambil bagian dalam perwajahan Kethoprak Sri Mulyo. Maka, saya dan beberapa teman-teman menginisiasi adanya revitalisasi Kethoprak melalui digitalisasi dan publikasi di media massa.
Ada yang menyelenggarakan pelatihan mengenai media sosial, menghimpun linktree Kethoprak, menghidupkan website Kethoprak, dan saya sendiri yakni melakukan pelatihan mengenai penulisan artikel reportase. Harapannya, sedikit ilmu yang saya bagikan dapat mereka laksanakan seterusnya, sampai KKN usai, sampai kami lulus, dan selamanya.

Adapun pelatihan menulis artikel ini juga berkesinambungan dengan program digitalisasi lain, yakni penghidupan website Kethoprak. Artikel sebagai suatu substansi yang berguna bagi website dan diharapkan dapat turut menjadi bagian dalam pemasifan yang mengundang minat banyak orang.
Pelatihan menulis artikel itu berhasil saya selenggarakan, dan dengan antusiasme dari para Karang Taruna. Alasan lain dari dilaksanakannya program kerja ini bukan hanya terpaku pada promosi & pemasifan kedepannya, melainkan diharapkan, ada timbal balik juga yang didapatkan oleh anggota Karang Taruna. Menulis sebagai salah satu keterampilan yang laiknya wajib dimiliki oleh setiap orang, terutama di era sekarang, dimana penyampaian informasi yang baik dan benar sangat dibutuhkan sebagai skill dasar.
Sebetulnya, akan lebih baik lagi bagi kami untuk benar-benar bisa menghidupkan minat menulis mereka dengan membentuk suatu forum/klub jurnalis di Jurang Blimbing, tetapi banyak kendala juga yang kami hadapi. Membangkitkan minat menulis apalagi “memaksa” mereka untuk menyusun tulisan, rasanya sudah cukup menjadi hambatan bagi kami. Maka kami bersepakat untuk terlebih dahulu memperkenalkan sedikit dari dunia jurnalistik, cara menyusun artikel yang baik dan benar, sampai bagaimana cara mencari isu yang menarik untuk ditelisik dan dituangkan dalam tulisan.
Mengutip dari dosen pembimbing KKN kami, bahwa program kerja yang paling bermanfaat adalah ketika didalamnya terdapat unsur kontinuitas dan pemberdayaan masyarakat. Adanya pelatihan menulis artikel sebagai wujud harapan terciptanya promosi dan pemasifan merupakan program kerja yang saya dan teman-teman anggap sesuai dengan kedua unsur tersebut.
Kethoprak Sri Mulyo diibaratkan sebagai salah satu aset yang dimiliki oleh Desa Jurang Blimbing dan Kecamatan Tembalang. Menjaganya berarti sama dengan melestarikan kebudayaan Jawa Tengah agar tetap lestari. Sebab, di tengah gempuran globalisasi, kita selalu berharap bahwa kesenian masih eksis berdiri.
Penulis: Annisa Sekar Nurani (Tim KKN IDBU 22 Undip) & Karang Taruna RW 04 Jurang Blimbing











