Mahasiswa Undip Gelar KKN di Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang, Gelar Edukasi Hukum hingga Penguatan Mental Warga Binaan

Avatar photo
Tim 111 Kelompok 1 KKN T Universitas Diponegoro bersama Drg. Femi Pada Kegiatan Multidisiplin 1 Fakultas Hukum tentang Sosialisasi Hukum di Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang (6/5/2025).

NASIONALISME.NET, Semarang – Universitas Diponegoro (UNDIP) melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) kembali melaksanakan pengabdian kepada masyarakat, kali ini di Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang. Program bertema “Membangun Ketahanan Diri Warga Binaan Pemasyarakatan Pasca Bebas dari Rutan/Lapas” ini berlangsung sejak Mei hingga Juni 2025 dan diikuti oleh mahasiswa lintas disiplin, salah satunya dari Fakultas Hukum.

Selama lebih dari satu bulan, mahasiswa melakukan serangkaian program pembinaan dan pemberdayaan yang dirancang untuk mendukung reintegrasi sosial Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) setelah masa pidana berakhir.

Kegiatan yang dijalankan antara lain:

  • Penyuluhan Hukum dan Gerakan Anti Judi Online, memberikan pemahaman terkait bahaya judi online serta konsekuensi hukumnya.
  • Edukasi Hak dan Kewajiban Warga Negara, menekankan bahwa hak dasar, termasuk hak atas kesehatan dan perlakuan manusiawi, tetap melekat meskipun berstatus narapidana.
  • Program Vision Board & Motivational Interviewing, membantu WBP menumbuhkan motivasi, harapan, serta perencanaan hidup pasca bebas.
  • Edukasi Bisnis dan Keuangan, bekerja sama dengan mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis, untuk memberikan bekal keterampilan kewirausahaan serta pengetahuan mengenai pinjaman bank legal.
  • Penyusunan Booklet Edukatif, berisi informasi hukum, kesehatan mental, serta panduan persiapan pasca bebas yang dibagikan langsung kepada WBP.

Selain kegiatan edukatif, mahasiswa juga berkontribusi dalam aktivitas administratif lapas seperti pengarsipan buku kunjungan, koordinasi dengan petugas lapas, serta penyusunan laporan pertanggungjawaban kegiatan.

Pihak Lapas pun menyambut baik kehadiran mahasiswa UNDIP. Drg. Femi, salah satu pejabat lapas yang mendampingi kegiatan, menuturkan bahwa program ini memberikan warna baru bagi pembinaan.

Mahasiswa Undip membantu kami melengkapi keterbatasan. Warga binaan bukan hanya diberi hukuman, tetapi juga kesempatan. Kegiatan seperti ini penting agar mereka memiliki bekal nyata ketika kembali ke masyarakat,” ujarnya.

Menariknya, manfaat KKN ini bukan hanya dirasakan oleh WBP. Para mahasiswa pun mengaku banyak belajar dari interaksi sehari-hari di balik jeruji.

Andhini Tri Maulida, mahasiswa Fakultas Hukum yang terlibat, menceritakan pengalamannya, “Awalnya kami ragu apakah bisa diterima dengan baik. Tapi ternyata WBP sangat terbuka, mereka mau belajar dan berbagi cerita. Dari sini saya belajar bahwa stigma masyarakat seringkali lebih berat daripada hukuman itu sendiri.

Menurutnya, pengalaman langsung di lapas ini membuka mata bahwa hukum bukan hanya teori di kelas, melainkan juga menyangkut kehidupan nyata, hak asasi, dan masa depan seseorang.

Dosen Pembimbing KKN, Emy Handayani, S.H., M.Hum., menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi wujud nyata sinergi antara perguruan tinggi dan lembaga pemasyarakatan dalam membentuk sistem pembinaan yang humanis, edukatif, dan berdampak nyata.

Kegiatan ditutup pada akhir Juni 2025 dengan acara sederhana. Mahasiswa menyerahkan laporan akhir sekaligus booklet edukasi yang mereka susun khusus untuk WBP. Booklet itu berisi informasi hukum, tips kesehatan mental, dan panduan reintegrasi sosial pasca bebas.

Kami berharap buku kecil ini bisa menjadi teman dan pengingat bagi mereka ketika sudah kembali ke masyarakat,” ujar salah satu mahasiswa sambil menyerahkan booklet kepada perwakilan lapas.

Tim 111 Kelompok 1 KKN T Universitas Diponegoro bersama Dosen Pembimbing Lapangan, Pihak Lapas, dan Warga Binaan Pada Acara Penarikan KKN di Lapas Perempuan (30/6/2025).

Suasana penutupan penuh haru. Beberapa WBP menyampaikan terima kasih secara langsung, bahkan ada yang menitip pesan agar kegiatan seperti ini terus berlanjut.

Meski KKN resmi berakhir, dampaknya diharapkan tak berhenti di situ. Pihak lapas berharap kolaborasi dengan Undip bisa terus terjalin, sementara mahasiswa membawa pulang pelajaran hidup yang tak ternilai.

Kegiatan ini menjadi bukti bahwa pendidikan tinggi tak hanya melahirkan sarjana, tetapi juga agen perubahan yang hadir di tengah masyarakat, bahkan di balik jeruji besi.

Penulis: Andhini Tri Maulida, Lintang Cahyaningtias, Armina Wardah Mahasiswi Hukum UNDIP