Berita  

Membangun Kepercayaan Diri Lewat Public Speaking: Bukan Sekadar Berbicara

Avatar photo

NASIONALISME.NET, Surabaya — Bagi banyak orang, berbicara di depan umum bukan sekadar soal menyusun kata, melainkan pergulatan batin yang melibatkan rasa takut, cemas, dan keraguan diri. Persoalan utama yang kerap muncul dalam praktik public speaking adalah rendahnya kepercayaan diri banyak individu ketika harus berbicara di hadapan publik. Ketidakpercayaan diri tersebut tidak hanya menjadi hambatan bagi pembicara, tetapi juga berdampak langsung pada kualitas pesan yang diterima audiens.

Gagasan yang sejatinya penting dan meyakinkan sering kali kehilangan daya pengaruh karena disampaikan dengan keraguan, sehingga proses komunikasi menjadi kurang efektif, dalam konteks yang lebih luas, generasi muda menjadi kelompok yang paling membutuhkan penguatan kepercayaan diri karena mereka dipersiapkan sebagai calon penggerak ruang publik di masa depan.

Selain pembicara, audiens pun turut terdampak. Ketika seorang pembicara tampil tanpa keyakinan, audiens berpotensi kehilangan pemahaman, bahkan meragukan pesan yang disampaikan. Hal ini menunjukkan bahwa public speaking bukan sekadar tanggung jawab personal, melainkan bagian dari relasi komunikasi yang saling memengaruhi antara pembicara dan publik.

Kini Public Speaking semakin berkembang dalam konteks ini, tantangan public speaking menjadi semakin kompleks. Berbicara di depan kamera, melakukan presentasi daring, atau menyampaikan pendapat melalui forum virtual menuntut bentuk kepercayaan diri yang berbeda dibandingkan komunikasi tatap muka.

Isu kepercayaan diri dalam public speaking menjadi semakin relevan ketika masyarakat dituntut untuk lebih aktif menyampaikan gagasan, kritik, dan solusi atas berbagai persoalan sosial. kondisi tersebut pada akhirnya memunculkan pertanyaan yang lebih mendasar mengapa kepercayaan diri dalam public speaking menjadi begitu penting untuk dibangun.

Jawabannya terletak pada peran public speaking itu sendiri sebagai sarana utama individu untuk mengekspresikan gagasan, sikap, dan kepedulian terhadap lingkungan sosialnya, karena melalui pengalaman berbicara di depan publik, individu belajar memahami kemampuan dirinya, mengenali batasan, serta mengelola rasa takut dan kecemasan.

Pengalaman belajar di bangku perkuliahan menunjukkan bahwa latihan berbicara secara terstruktur mampu mengubah rasa takut menjadi keberanian. Pandangan ini sejalan dengan arahan dan bimbingan Drs. Widiyatmo Ekoputro, M.A, selaku Dosen Ilmu Komunikasi Untag Surabaya yang menekankan bahwa kepercayaan diri lahir dari kesiapan materi, latihan berulang, dan keberanian menghadapi audiens.

Tulisan ini juga disusun sebagai bagian dari pemenuhan tugas EAS Mata Kuliah Public Speaking Kelas E, yang tidak hanya menuntut pemahaman teori, tetapi juga refleksi kritis atas praktik berbicara di ruang publik. Dalam proses akademik tersebut, penulis Muhammad Rafi Hakiki dengan NIM 1152400154, selaku Mahasiswa Ilmu Komunikasi Untag Surabaya, menyadari bahwa public speaking sejatinya adalah sarana membangun kepercayaan diri, relasi dan tanggung jawab, karena ini adalah Bukan Sekadar Berbicara.

Penulis: Muhammad Rafi Hakiki (1152400154)
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Dosen Pengampu: Drs. Widiyatmo Ekoputro, M.A.
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Public Speaking

Editor: Hafizh Abqori, Tim NASIONALISME.net