NASIONALISME.NET, Bekasi — Musibah beruntun yang menimpa negeri Indonesia bukan hanya sekadar ujian belaka, melainkan juga peringatan keras dari alam agar manusia kembali menyadari hakikat keberadaannya di dunia. Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى menugaskan manusia untuk menjaga dan memelihara alam, agar terwujud ketenteraman, ketenangan, dan kesejahteraan dalam menjalani kehidupan. Bukan justru merusak, mengeksploitasi, dan menghancurkan alam secara membabi buta.
Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 30:
وَاِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلٰٓٮِٕكَةِ اِنِّىۡ جَاعِلٌ فِى الۡاَرۡضِ خَلِيۡفَةً ؕ قَالُوۡٓا اَتَجۡعَلُ فِيۡهَا مَنۡ يُّفۡسِدُ فِيۡهَا وَيَسۡفِكُ الدِّمَآءَۚ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَـكَؕ قَالَ اِنِّىۡٓ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ ٣٠
Artinya:
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.’ Mereka berkata, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ Dia berfirman, ‘Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.’”
Seyogianya manusia dapat berkaca dari berbagai peristiwa yang terjadi agar tidak terulang bencana yang disebabkan oleh sifat tidak amanah dalam menjaga, memelihara, dan melestarikan alam serta lingkungan. Peristiwa banjir bandang yang memporak-porandakan beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Sumatra dan Aceh, telah menyedot perhatian khalayak luas, baik masyarakat dalam negeri maupun luar negeri yang turut prihatin dan berempati.
Peristiwa ini diawali oleh erupsi Gunung Semeru pada awal November, kemudian berlanjut dengan banjir bandang yang melanda Pulau Sumatra dan Aceh. Seiring meningkatnya curah hujan, sejak Jumat, 21 November 2025, debit air sungai naik secara cepat akibat hujan lebat yang tidak kunjung berhenti. Tanggul pun jebol dan air mengalir ke dataran rendah pada hari-hari berikutnya.
Curah hujan yang tinggi tidak lagi mampu ditahan oleh pepohonan di hutan. Hal ini terjadi karena hutan-hutan di sekitar kawasan tersebut telah kehilangan fungsi alaminya sebagai penahan air dan pengendali erosi. Pembalakan hutan dan aktivitas penambangan yang meluas menyebabkan hutan kehilangan keseimbangan. Kayu-kayu gelondongan yang turut hanyut menjadi bukti nyata eksploitasi alam dan lingkungan.
Ribuan penduduk kehilangan tempat tinggal, mengalami ketakutan, luka-luka, kehilangan nyawa, serta menyisakan ratapan yang menggetarkan jiwa.
Mari saling menguatkan. Sebagai hamba yang beriman, kita meyakini bahwa Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى tidak akan membebani hamba-hamba-Nya di luar batas kemampuan mereka. Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 286:
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا …
Artinya:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…” (QS. Al-Baqarah: 286)
Kesimpulan
Mari kita bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan agar alam kembali bersahabat dengan manusia. Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى telah memberikan amanah kepada manusia sebagai pemimpin dan pemelihara di muka bumi, sehingga amanah tersebut wajib dijaga dengan penuh tanggung jawab.
Makalah ini dibuat oleh Laelatul Badriah, mahasiswa pascasarjana Pendidikan Agama Islam di UNISMA 45 Bekasi, sebagai tugas mata kuliah Studi Integritas Islam dan Sains.

Penulis: Laelatul Badriah
Mahasiswa pascasarjana Pendidikan Agama Islam di UNISMA 45 Bekasi











