Berita  

Hilirisasi Limbah Kopi menjadi Produk Sabun, Model Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Potensi Lokal oleh Mahasiswi KKN-T 21 Undip

Avatar photo
Mahasiswa KKN-T 21 Universitas Diponegoro memberikan edukasi kepada anggota Kelompok Tani Subur 2 mengenai pemanfaatan limbah kopi menjadi sabun pada Sabtu (2/8/2025) di Desa Gedong, Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal.

NASIONALISME.NET, KENDAL — Mahasiswi Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) 21 Universitas Diponegoro melaksanakan program edukasi pemanfaatan limbah kopi menjadi produk sabun di Desa Gedong, Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal. Kegiatan ini dipimpin oleh Almira Sielgy Syakirah bersama rekan timnya serta diikuti oleh anggota Kelompok Tani Subur 2.

Sosialisasi ini diselenggarakan pada pertemuan rutin kelompok tani yang bertempat di rumah salah satu anggotanya, yaitu Bapak Silo Tarsih. Program ini menjadi bagian dari upaya pengembangan ekonomi lokal melalui hilirisasi produk berbasis potensi desa.

Kopi merupakan komoditas unggulan Desa Gedong, namun pengolahan biji kopi menghasilkan limbah dalam jumlah besar yang selama ini belum dikelola dengan optimal. Ampas kopi biasanya hanya dibuang atau dijual dengan harga murah kepada pengepul sehingga tidak memberikan nilai tambah yang signifikan.

Hal ini menimbulkan permasalahan ekonomi sekaligus lingkungan, karena potensi yang terkandung di dalam limbah tidak termanfaatkan dengan baik. Melalui kegiatan KKN ini, mahasiswa UNDIP berusaha memperkenalkan konsep hilirisasi sederhana yang mengubah ampas kopi menjadi produk sabun dengan nilai guna dan nilai jual yang lebih tinggi.

Selama ini, para petani kopi di Desa Gedong menghadapi permasalahan yang cukup seragam. Setelah proses panen dan pengolahan biji kopi, masih tersisa limbah berupa ampas yang jumlahnya tidak sedikit. Limbah tersebut biasanya hanya dibuang atau dijual dengan harga rendah ke pengepul, sehingga hasilnya tidak signifikan dalam menambah pendapatan petani.

Padahal, limbah kopi sebenarnya masih memiliki potensi besar untuk diolah kembali menjadi produk bernilai guna. Melihat kondisi tersebut, mahasiswa KKN-T 21 UNDIP berupaya memperkenalkan alternatif inovasi berupa sabun kopi dari limbah kopi.

Dalam sesi edukasi, peserta diperkenalkan pada teknik pembuatan sabun berbasis ampas kopi dengan memanfaatkan bahan pendukung seperti minyak kelapa dan soda api yang relatif mudah diperoleh di pasaran. Proses ini ditunjukkan secara langsung sehingga anggota kelompok tani dapat memahami tahapan pembuatan sabun mulai dari pencampuran bahan, pencetakan, hingga pengeringan.

Almira dan tim juga menekankan bahwa sabun kopi dapat dikembangkan dalam dua varian, yaitu sabun halus untuk penggunaan sehari-hari serta sabun bertekstur kasar yang bermanfaat sebagai scrub alami. Kedua varian tersebut tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga berpotensi menarik minat konsumen karena tren produk alami semakin meningkat di pasar.

Proses demonstrasi pembuatan sabun kopi yang dilakukan bersama anggota Kelompok Tani Subur 2 di Desa Gedong.

Almira Sielgy Syakirah juga memperkenalkan dua jenis sabun kopi, yaitu sabun bertekstur halus untuk penggunaan sehari-hari dan sabun bertekstur kasar yang berfungsi sebagai scrub alami untuk mengangkat sel kulit mati. Kedua varian ini menjadi contoh konkret bahwa limbah kopi bisa diolah menjadi produk yang bervariasi dan bernilai tambah.

Pada bagian ini, ditunjukkan pula hasil sabun kopi yang telah dibuat bersama masyarakat, sehingga peserta dapat melihat langsung bentuk akhir dari produk yang dihasilkan.

Hasil sabun kopi berbahan dasar limbah ampas yang diproduksi bersama Mahasiswi KKN-T 21 Undip

Kehadiran sabun kopi hasil produksi ini menegaskan bahwa inovasi yang ditawarkan bukan hanya wacana, tetapi sudah diuji coba dan membuahkan hasil nyata. Dengan kualitas yang baik, sabun kopi ini berpotensi dikembangkan menjadi produk UMKM. Tren konsumen saat ini yang mengutamakan produk alami dan ramah lingkungan menjadi peluang besar bagi masyarakat Desa Gedong untuk memanfaatkan inovasi ini. Jika dikemas secara menarik dan dipasarkan melalui jalur yang tepat, sabun kopi dapat menjadi salah satu produk unggulan yang memperluas identitas Desa Gedong sebagai desa kopi.

Selain memberikan peluang ekonomi, sabun kopi juga memiliki manfaat kesehatan yang penting. Kandungan alami dari kopi dapat membantu membersihkan kulit, mengurangi bau badan, serta memberikan efek relaksasi dari aroma khasnya. Varian scrub bahkan bisa menjadi alternatif skincare alami yang ramah lingkungan. Hal ini sejalan dengan meningkatnya minat pasar terhadap produk-produk herbal dan alami yang lebih aman bagi tubuh sekaligus berkelanjutan bagi lingkungan.

Ketua Kelompok Tani Subur 2, Bapak Bahrun, memberikan apresiasi atas kegiatan ini. Menurutnya, para petani kopi selama ini memang kesulitan mengelola limbah dan hanya mengandalkan hasil penjualan biji kopi utama. Edukasi yang diberikan mahasiswa membuka wawasan baru bahwa ampas kopi bisa menjadi sumber pendapatan tambahan. Ia menilai inovasi sabun kopi berpotensi dijalankan secara berkelompok sehingga dapat memperkuat ekonomi petani di Desa Gedong.

Dosen pembimbing lapangan, Hega Bintang Pratama Putra, S.T.P., M.Sc., turut memberikan dukungan dan pandangannya. Menurut beliau, kegiatan ini adalah contoh nyata penerapan konsep ekonomi sirkular di tingkat desa. “Inovasi sabun kopi yang sederhana ini membuktikan bahwa limbah dapat diolah kembali menjadi produk yang bernilai tinggi. Selain memberikan manfaat lingkungan, kegiatan ini juga membuka peluang usaha baru bagi masyarakat. Harapannya, praktik ini tidak berhenti di tahap edukasi saja, melainkan dapat berkembang menjadi kegiatan produktif yang berkelanjutan,” tuturnya.

Foto bersama Mahasiswi KKN-T 21 UNDIP dengan anggota Kelompok Tani Subur 2 setelah kegiatan edukasi di Desa Gedong.

Kegiatan edukasi ini diharapkan menjadi titik awal bagi Desa Gedong dalam mengembangkan potensi kopi secara lebih luas. Hilirisasi berbasis limbah kopi tidak hanya menghasilkan sabun sebagai produk turunan, tetapi juga memperkuat kesadaran masyarakat tentang pentingnya inovasi dalam pengelolaan sumber daya lokal.

Dengan dukungan dari berbagai pihak, Desa Gedong dapat membangun citra sebagai desa kopi yang tidak hanya menghasilkan biji berkualitas, tetapi juga mampu mengolah limbah menjadi produk bernilai tinggi. Inisiatif ini diharapkan dapat menjadi model pemberdayaan ekonomi berbasis potensi lokal yang bisa direplikasi oleh desa-desa lain.

Penulis: Almira Sielgy Syakirah