KKN-T Tim 100 Undip Ubah Limbah Kotoran Kambing Jadi Pupuk Organik, Peternak Dersansari Kini Punya Sumber Cuan Baru

Avatar photo
Mahasiswa KKN Undip berfoto bersama para peternak di Desa Dersansari, Kabupaten Semarang, setelah melaksanakan program pengolahan limbah kotoran kambing menjadi pupuk organik. Program ini bertujuan untuk memberikan solusi lingkungan dan peluang ekonomi baru bagi warga.

NASIONALISME.NET, Semarang – Limbah kotoran kambing yang selama ini menjadi masalah lingkungan di Desa Dersansari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, kini diolah menjadi pupuk organik bernilai jual. Inovasi ini digagas oleh Kelompok 1 KKN-T Tim 100 Universitas Diponegoro (Undip) melalui program edukasi dan praktik pengolahan limbah ternak yang diikuti para peternak setempat.

Mayoritas penduduk Dersansari bekerja sebagai peternak, dengan kambing sebagai ternak utama. Potensi limbah kotoran cukup besar, namun belum dimanfaatkan secara optimal. Melihat peluang tersebut, tim KKN-T memperkenalkan teknik pengolahan sederhana yang dapat langsung diterapkan di peternakan warga.

Program ini dilaksanakan pada awal Agustus 2025 di kandang peternak salah satu warga. Program ini bertujuan untuk mengatasi rendahnya perhatian terhadap pengelolaan limbah kambing yang kerap terbuang, menimbulkan bau tidak sedap, dan berpotensi mencemari udara maupun tanah. Dengan pengolahan yang tepat, limbah ini dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi warga.

Bahan utama yang digunakan adalah kotoran kambing, dolomit, EM4 (mikroba pengurai), molase (tetes tebu atau gula merah), dan air. Proses dimulai dengan pencacahan kotoran hingga halus, kemudian dicampur dengan molase dan EM4, lalu difermentasi secara anaerob. Metode ini terbukti mengurangi bau, menekan patogen, mempertahankan nutrisi, mempercepat pembentukan humus, dan menghasilkan pupuk berkualitas dalam waktu lebih singkat dibandingkan pengomposan alami.

Sebagai upaya mendukung efisiensi produksi, tim mengembangkan prototipe mesin pencacah sederhana. Alat ini dibuat dari dinamo 70 watt dengan poros berisi empat pisau stainless steel yang dipasang pada ember berkapasitas 20 liter. Dilengkapi corong pengisian dan sistem kelistrikan tertata rapi, mesin ini mampu mempercepat proses pencacahan, menghemat tenaga, dan aman digunakan. Tim juga memberi masukan pengembangan, seperti penggunaan ember berkapasitas lebih besar atau dinamo dengan daya lebih tinggi untuk produksi skala usaha.

Mahasiswa KKN Undip memberikan demonstrasi praktik pengolahan limbah kotoran kambing menjadi pupuk organik kepada para peternak di Desa Dersansari, Semarang. Program ini bertujuan mengubah limbah yang tadinya tidak termanfaatkan menjadi produk bernilai jual.

Selain aspek teknis, peternak juga dibekali keterampilan manajemen usaha. Materi meliputi klasifikasi biaya, prinsip penetapan harga, dan strategi pemasaran berbasis konsep bauran pemasaran 4P (product, price, place, promotion). Sebelumnya, tim melakukan survei pasar lokal dan daring untuk menentukan harga jual yang realistis. Buku saku manajemen usaha ternak dibagikan agar peternak memiliki panduan tertulis yang mudah diakses.

Upaya branding juga dilakukan dengan memberikan pelatihan desain dan pelabelan kemasan sesuai ketentuan pupuk organik. Label berisi nama produk, merek, kandungan hara, manfaat, berat bersih, serta identitas produsen. Dengan kemasan yang informatif dan menarik, produk diharapkan memiliki daya tarik lebih di pasaran.

Salah satu peternak di Desa Dersansari, Priyono, menyambut baik program ini. “Selama ini kotoran kambing hanya dibuang begitu saja. Sekarang, warga bisa mengolahnya jadi pupuk yang laku dijual. Ini sangat membantu perekonomian dan kebersihan desa,” ujarnya.

Program ini tidak hanya memberi solusi lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru. Ke depan, warga diharapkan dapat mengembangkan produksi pupuk organik ini secara mandiri dan menjangkau pasar yang lebih luas. Dengan kombinasi edukasi, inovasi teknologi, dan strategi bisnis, limbah yang tadinya menjadi masalah kini berubah menjadi berkah. Desa Dersansari pun selangkah lebih maju menuju desa yang bersih, sehat, dan mandiri secara ekonomi.

Penulis: Kelompok 1 KKN-T Universitas Diponegoro Tim 100