Kolaborasi Edukasi Kesehatan dan Literasi Digital Multibahasa, Mahasiswa KKN UNDIP Gelar Kampanye dan Demonstrasi Pembuatan Produk Herbal Antidiabetes

Avatar photo
Foto bersama Tim KKN-T 112 Kelompok 2 Universitas Diponegoro dengan warga RW 02, Kelurahan Ngemplak Simongan, Kecamatan Semarang Barat, usai pelaksanaan rangkaian kegiatan edukasi.

NASIONALISME.NET, SEMARANG – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) 112 Kelompok 2 Universitas Diponegoro telah melaksanakan serangkaian kegiatan edukatif dan inovatif yang berfokus pada peningkatan kesadaran masyarakat mengenai diabetes melitus.

Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, yakni pada Sabtu, 12 Juli 2025 dan Minggu, 13 Juli 2025, bertempat di RW 02, Kelurahan Ngemplak Simongan, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Pada hari pertama, kegiatan difokuskan pada pemberian edukasi terkait diabetes melitus dan pentingnya pembatasan konsumsi Gula, Garam, dan Lemak (GGL) dalam kehidupan sehari-hari, dan ditutup dengan penanaman tanaman stevia bersama secara semi-hidroponik.

Edukasi ini bertujuan untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam menghadapi ancaman diabetes melitus dan meningkatkan kesadaran akan pola hidup sehat sebagai langkah preventif.

Sementara itu, pada hari kedua, kegiatan dilanjutkan dengan demonstrasi pengolahan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) menjadi produk herbal antidiabetes, seperti jamu, rebusan dan inovasi gummy herbal, yang aman dikonsumsi penderita diabetes.

Tak hanya itu, mahasiswa juga memberikan pelatihan digitalisasi dan strategi monetisasi produk herbal, guna memberdayakan masyarakat dalam mengembangkan potensi lokal sebagai sumber pendapatan baru berbasis inovasi kesehatan.

Sebagai bagian dari pendekatan ramah lingkungan dan berkelanjutan, mahasiswa KKN-T turut mengajarkan cara penanaman stevia menggunakan alat semi-hidroponik berbahan dasar sampah plastik.

Kegiatan ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah plastik menjadi media tanam yang bermanfaat, sekaligus mengenalkan stevia sebagai pemanis alami yang lebih aman bagi penderita diabetes dibandingkan gula pada umumnya.

Transformasi Pengetahuan: Dari Edukasi Menuju Perubahan Perilaku

Edukasi mengenai diabetes melitus disampaikan oleh apt. Fitri Wulandari, M.Clin.Pharm., Dosen Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. Sementara itu, materi mengenai pembatasan konsumsi Gula, Garam, dan Lemak (GGL) dibawakan oleh Agus Abdul Rafi Suharnanto, Mahasiswa Program Studi Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. Kegiatan edukasi ini berlangsung di Balai RT 04 RW 02, Kelurahan Ngemplak Simongan.

Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam menghadapi ancaman diabetes, memperkuat ketahanan keluarga, serta mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin ke-3, yaitu kehidupan sehat dan sejahtera untuk semua.

Melalui sesi edukasi interaktif mengenai diabetes melitus dan pengendalian konsumsi GGL, warga memperoleh pemahaman baru mengenai pentingnya pola hidup sehat dan pencegahan diabetes sejak dini. Efektivitas kegiatan ini dibuktikan melalui peningkatan hasil pre-test dan post-test yang diikuti oleh 7 peserta secara aktif.

Hasil evaluasi menunjukkan adanya indikasi peningkatan dalam pemahaman peserta. Rata-rata skor pre-test sebesar 75,71 meningkat menjadi 87,14 pada post-test, atau terdapat kenaikan sebesar 11,43 poin. Temuan ini mengindikasikan adanya tren peningkatan pemahaman peserta dalam literasi kesehatan masyarakat, khususnya terkait pencegahan diabetes dan pengendalian konsumsi GGL.

Aksi Nyata: Demonstrasi Penanaman, Pengolahan, dan Monetisasi Produk Herbal Antidiabetes

Pelaksanaan Kegiatan Demonstrasi dan Monetisasi.

Lebih dari sekadar teori, mahasiswa KKN-T juga memberikan demonstrasi langsung mengenai budidaya dan pengolahan tanaman obat seperti jahe, kunyit, sereh, dan stevia yang didemonstrasikan oleh Devita Najwa Kamila, Dita Anggraeni Putri, dan Diah Kusuma Wardani, para Mahasiswi Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. Stevia diperkenalkan sebagai pemanis alami yang lebih aman bagi penderita diabetes dibandingkan gula biasa. Tim KKN-T 112 Kelompok 2 juga turut memberikan pelatihan seputar digitalisasi dan strategi monetisasi produk herbal yang dibawakan oleh Ferrari Nusa Mahendra, Mahasiswa Program Studi Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro. Edukasi ini meliputi pemanfaatan media sosial, pemasaran daring, hingga branding produk berbasis lokalitas yang ramah konsumen.

Tim KKN-T 112 Kelompok 2 juga melakukan penanaman tanaman stevia secara semi-hidroponik, yang dipandu oleh Syifa Fairuzizdihar Juliaji, Mahasiswi Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro. Penanaman stevia ini berfungsi sebagai pengenalan pemanis alami yang lebih aman bagi penderita diabetes dibandingkan gula pada umumnya, sekaligus sebagai pemanfaatan limbah plasik yang dimanfaatkan sebagai media semi-hidroponik.

Sebuah gambar berisi pakaian, orang, meja, Wajah manusiaKonten yang dihasilkan AI mungkin salah.
Penerapan Minuman Herbal oleh Warga RW 2 Ngemplak Simongan di Posyandu. Sumber: Dokumentasi penulis.

Kegiatan pelatihan yang dilakukan tim KKN-T 112 Kelompok 2 terbukti memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan keterampilan ke-15 peserta. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pengetahuan yang didapat selama pelatihan, baik tentang semi-hidroponik; produk olahan herbal; maupun monetisasi, berkontribusi nyata dalam meningkatkan kemampuan peserta dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari.

Hal tersebut dibuktikan melalui analisis regresi linear berganda yang menunjukkan bahwa ketiga variabel pengetahuan, yakni pengetahuan semi-hidroponik; produk olahan herbal; dan monetisasi, memiliki pengaruh positif signifikan pada tingkat signifikansi 1-10%.

Temuan ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki peserta, maka semakin tinggi pula tingkat keterampilan mereka dalam mengaplikasikan materi pelatihan ke dalam kehidupan nyata. Program pelatihan pembuatan produk herbal juga telah menjadi program yang berkelanjutan dan sudah diterapkan pada kegiatan warga khususnya untuk posyandu lansia.

Aksi Nyata: Inovasi Herbal Gummy Sehat Berbahan Tanaman Obat Keluarga

Pada hari ke-2, dilaksanakan juga program inovasi olahan herbal selain dua produk herbal tersebut, yang dihadiri oleh 15 peserta. Inovasi lain yang menarik perhatian warga adalah pembuatan gummy herbal yang didemonstrasikan langsung oleh Devita Najwa Kamila, Mahasiswi Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. Melalui pembuatan produk inovatif ini, kami memperkenalkan alternatif bentuk konsumsi jamu tradisional yang lebih praktis, modern, dan menarik minat untuk dikonsumsi oleh anak-anak, yakni dalam bentuk gummy tanpa tambahan gula namun dengan pemanis stevia.

Proses pembuatan dilakukan dengan mengolah rebusan jahe dan kunyit, kemudian mencampurkannya dengan stevia dan bahan pengental alami sebelum dicetak dalam bentuk mini yang menarik. Hasilnya adalah camilan herbal sehat yang mudah diterima semua usia.

Kehadiran produk ini memberi inspirasi bagi orang tua untuk memanfaatkan tanaman obat keluarga dalam bentuk yang lebih praktis dan disukai semua usia. Antusiasme peserta kegiatan terlihat dari keterlibatan mereka saat sesi mencicipi, bahkan beberapa menyatakan ketertarikan untuk mengembangkan produk serupa sebagai peluang usaha rumahan. Dengan konsep inovatif ini, gummy herbal berpotensi menjadi produk unggulan yang tidak hanya mendukung kesehatan keluarga, tetapi juga meningkatkan daya saing usaha berbasis kearifan lokal di tengah tren pangan fungsional yang terus berkembang dengan beberapa kelebihan yang dimilikinya.

Efektivitas kegiatan ini dianalisis menggunakan regresi linear sederhana. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengetahuan yang diperoleh ke-15 peserta selama kegiatan demonstrasi berpengaruh positif terhadap keinginan untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengaruh ini signifikan pada tingkat signifikansi 1%. Temuan ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki peserta, maka semakin tinggi pula tingkat keterampilan mereka dalam mengaplikasikan materi pelatihan ke dalam kehidupan nyata.

Aksi Nyata: Monitoring terhadap Penderita Diabetes dan Pemberdayaan TOGA

Monitoring Penderita Diabetes dan Pemberdayaan TOGA di Masyarakat RW 2 Ngemplak Simongan. Sumber: Dokumentasi penulis.

Produk olahan herbal yang dikembangkan berupa jamu ginger shot dan rebusan herbal antidiabetes, yang kemudian dibagikan secara gratis kepada enam warga penderita diabetes di RW 2 sebagai bentuk aksi nyata dan bentuk awal intervensi mandiri berbasis tanaman lokal.

Data warga penderita diabetes melitus diperoleh melalui pengumpulan data primer yang dilakukan oleh Rizka Meutia Ardita, Mahasiswi Program Studi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro.

Distribusi produk herbal ini tidak hanya dimaksudkan sebagai pemberian bantuan konsumsi, tetapi juga sebagai upaya penguatan pengetahuan masyarakat. Oleh karena itu, produk diberikan bersama dengan buku panduan pengolahan tanaman herbal dan penanaman stevia secara semi-hidroponik yang disusun dalam dua bahasa (Indonesia–Inggris).

Buku tersebut dikembangkan melalui kolaborasi antara Dita Anggraeni Putri, Mahasiswi Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, dan Fadel Muhammad Zhilbria, Mahasiswa Program Studi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro.

Panduan ini tidak hanya memberikan pengetahuan praktis, tetapi juga dirancang untuk meningkatkan literasi kebahasaan masyarakat, terutama dalam menambah kosakata dan pemahaman dasar bahasa inggris.

Dengan pendekatan ini, kegiatan tidak hanya memperkuat wawasan kesehatan, tetapi juga mendorong masyarakat RW 02 untuk lebih akrab dengan istilah penting dalam dua bahasa, sebagai bekal menghadapi era digital dan keterbukaan informasi global.

Kelompok 2 juga melakukan monitoring dan evaluasi terhadap ke-6 warga penerima sampel produk dan buku panduan pengolahan tanaman herbal. Berdasarkan rekap skor likert dari 10 butir pertanyaan pengetahuan dan 7 butir pertanyaan aplikasi, diperoleh rata-rata skor pengetahuan sebesar 44,33 (dari maksimal 50), serta rata-rata skor aplikasi sebesar 33 (dari maksimal 35). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum, masyarakat memiliki tingkat pemahaman dan penerapan yang cukup tinggi terhadap materi dari buku panduan yang diberikan.

Lebih lanjut, hasil uji korelasi pearson antara skor pengetahuan dan skor aplikasi menunjukkan nilai r = 0,913, yang mengindikasikan adanya hubungan yang kuat dan positif antara tingkat pengetahuan dan tingkat penerapan. Artinya, semakin tinggi pemahaman masyarakat mengenai pengolahan tanaman herbal antidiabetes, maka akan berkorelasi positif dalam penerapan pengetahuan tersebut di kehidupan sehari-hari.

Melalui sinergi antara edukasi kesehatan, inovasi herbal, dan literasi digital, kegiatan KKN-T 112 Kelompok 2 Universitas Diponegoro membuktikan bahwa pendekatan interdisipliner mampu memberikan dampak nyata bagi masyarakat.

Harapannya, masyarakat RW 02 tidak hanya mampu menerapkan pola hidup sehat bebas diabetes, namun juga dapat mengembangkan produk herbal lokal sebagai peluang usaha baru yang berkelanjutan. Sinergi antara kesehatan dan ekonomi berbasis kearifan lokal inilah yang menjadi fondasi perubahan menuju komunitas yang lebih sehat, mandiri, dan berdaya saing digital.