Komunikasi Organisasi di Era Digitalisasi: Peluang, Tantangan, dan Pelajaran dari UNTAG Surabaya

Avatar photo
Sejumlah anggota organisasi saat berdiskusi dan berkoordinasi dalam sebuah acara. Di tengah pesatnya digitalisasi, keberhasilan komunikasi organisasi kini ditentukan oleh kemampuan menyelaraskan teknologi digital dengan interaksi manusia yang transparan dan partisipatif.

NASIONALISME.NET, Surabaya — Surabaya Di tengah arus digitalisasi yang terus berkembang, komunikasi organisasi mengalami transformasi besar. Tidak lagi hanya terjadi melalui rapat tatap muka atau surat resmi, tetapi kini dominan berlangsung secara digital melalui platform daring, media sosial, dan sistem komunikasi internal berbasis cloud. Perubahan ini membawa peluang sekaligus tantangan baru bagi organisasi di berbagai sektor tak terkecuali di lingkungan kampus.

Menurut data Digital Report Indonesia 2024, penetrasi internet di Indonesia mencapai lebih dari 77 persen populasi dengan lebih dari 215 juta pengguna aktif. Angka ini menunjukkan bahwa ruang digital bukan sekadar alat, tetapi sudah menjadi medium utama dalam berkomunikasi di berbagai lapisan masyarakat, termasuk di organisasi modern seperti institusi pendidikan tinggi.

Digitalisasi Komunikasi di Lingkungan Akademik

Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, salah satu perguruan tinggi swasta terbesar di Jawa Timur dengan lebih dari 15 ribu mahasiswa aktif, menjadi salah satu contoh implementasi komunikasi organisasi di era digitalisasi.

Selama beberapa tahun terakhir, kampus ini mengembangkan kanal komunikasi digital yang intensif, termasuk penggunaan media sosial resmi seperti akun Instagram @kitauntagsby dan akun YouTube institusional untuk menyebarkan pengumuman kampus, informasi akademik, serta program-program penting kampus lainnya. Upaya ini memperlihatkan bahwa komunikasi organisasi tidak hanya difokuskan internal, tetapi juga eksternal, untuk menjangkau publik luas.

Namun, tantangan digitalisasi juga nyata. Pada April 2021, akun Instagram resmi Untag sempat diretas dan digunakan pihak tidak bertanggung jawab. Peristiwa ini mendorong universitas untuk memperkuat kanal komunikasi resminya dan secara aktif mengimbau sivitas akademika agar tidak mempercayai akun palsu yang muncul.

Komunikasi Digital sebagai Sarana Penguatan Kolaborasi

Tak hanya sekadar media informasi, komunikasi digital di Untag Surabaya juga berperan dalam memperkuat kolaborasi dan pembelajaran. Misalnya, 21 mahasiswa dari Program Studi Ilmu Komunikasi berhasil lolos program Magang dan Studi Independent Bersertifikat (MSIB) yang membuat mereka terlibat dalam pembuatan konten pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Surabaya. Dalam pengalaman ini, mahasiswa harus bekerja secara digital: mengumpulkan data lapangan, mengembangkan branding konten, dan menyusun publikasi melalui platform informasi resmi kampus.

Contoh lain adalah gelaran PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru) 2025 yang memadukan teknologi komunikasi digital dan kreativitas visual dengan penggunaan artificial intelligence (AI) dalam pembuatan komik hasil karya dari ribuan mahasiswa baru yang kemudian direkam dalam rekor MURI Indonesia. Secara strategis, langkah ini menunjukkan bagaimana komunikasi organisasi bisa melibatkan anggota secara partisipatif dan inovatif melalui media digital, sekaligus memperkuat identitas kolektif sivitas akademika.

Ahli Bicara: Tantangan Komunikasi Digital

Komunikasi organisasi yang semakin mengandalkan platform digital memiliki dua sisi. Para ahli komunikasi organisasi menekankan bahwa teknologi hanyalah alat; kualitas komunikasi tetap bergantung pada strategi dan etika yang diterapkan.

Philip M. Podsakoff, Scott B. MacKenzie, dan lain-lain (2018) dalam kajian mereka menunjukkan bahwa efektivitas komunikasi digital bergantung pada keterbukaan, kejelasan pesan, serta kemampuan organisasi menganalisis konteks audiens digital. Tanpa fondasi seperti ini, arus informasi cepat justru bisa memicu kesalahpahaman dan konflik internal. (Podsakoff et al., 2018)

Selain itu, Leonardi (2017) menyoroti bahwa meskipun teknologi mempercepat komunikasi, tanpa literasi digital yang memadai, anggota organisasi sering kali mengalami kebingungan dalam menafsirkan pesan, yang pada akhirnya dapat mengikis budaya komunikasi yang sehat. (Leonardi, 2017)

Kesimpulan: Digitalisasi Bukan Tujuan, Tapi Alat Strategis

Kasus Untag Surabaya menggambarkan bahwa komunikasi organisasi yang sukses di era digital bukan sekadar penggunaan teknologi, tetapi juga desain strategi komunikasi yang matang, pengembangan kapasitas digital anggota, serta pengelolaan risiko kanal digital.

Organisasi yang mampu menyelaraskan digitalisasi dengan nilai-nilai komunikasi yang baik termasuk transparansi, partisipasi, dan etika akan lebih mampu menjaga kohesi internal sekaligus memperkuat hubungan dengan publik. Inilah kunci agar organisasi tidak hanya bertahan di era digital, tetapi juga tumbuh dan relevan.

Artikel ini ditulis untuk memenuhi tugas EAS dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Organisasi, Drs. Widiyatmo Ekoputro, M.A., sebagai bentuk pemahaman mahasiswa terhadap peluang dan tantangan komunikasi organisasi di era digitalisasi.

Penulis: Satria Bagus Panji
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Dosen Pengampu: Drs. Widiyatmo Ekoputro, M.A.
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Organisasi

Editor: Hafizh Abqori, Tim NASIONALISME.net