Mahasiswa KKN UNDIP Gelar Edukasi 1000 Hari Pertama Kehidupan dan Demonstrasi Pembuatan Makanan Pendamping di Desa Getas

Avatar photo
Mahasiswa KKN UNDIP Salsabila Arina Manasikana berfoto bersama ibu-ibu RT 3 Dusun Jolinggo, Desa Getas, Kabupaten Kendal usai pelaksanaan sosialisasi 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), Minggu (27/7/2025). Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan ibu-ibu tentang pentingnya masa emas tumbuh kembang anak.

NASIONALISME.NET, KENDAL — Mahasiswa Universitas Diponegoro, Salsabila Arina Manasikana, yang tergabung dalam TIM II KKN Tematik-IDBU 49 Universitas Diponegoro tahun 2025, melaksanakan kegiatan sosialisasi 1000 Hari Pertama Kehidupan dan demonstrasi pembuatan makanan pendamping berupa perkedel tahu bayam. Kegiatan ini ditujukan kepada ibu-ibu RT 3 Dusun Jolinggo, Desa Getas, Kabupaten Kendal, pada Minggu (27/7/2025).

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, khususnya para ibu, mengenai pentingnya 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) sebagai periode emas dalam tumbuh kembang anak. Sosialisasi dibagi menjadi tiga bagian utama, sesuai dengan tahapan usia dalam 1000 HPK, yaitu: masa kehamilan (0–9 bulan), masa menyusui eksklusif (0–6 bulan), serta masa pemberian MP-ASI dan lanjutan ASI (6–24 bulan).

Pada bagian pertama, yakni masa kehamilan, disampaikan informasi mengenai tips menjaga kesehatan ibu dan janin. Materi mencakup hal-hal yang dianjurkan selama kehamilan, seperti rutin melakukan pemeriksaan kehamilan, mengonsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup, serta menjaga kesehatan mental. Di sisi lain, dijelaskan pula hal-hal yang perlu dihindari oleh ibu hamil, seperti merokok, mengonsumsi alkohol, stres berlebihan, serta paparan zat kimia berbahaya.

Salah satu peserta, Ibu Rini, menyampaikan antusiasmenya selama mengikuti sesi ini. “Saya baru tahu kalau stres juga bisa memengaruhi perkembangan janin. Jadi harus lebih jaga emosi juga ternyata,” ujarnya.

Selanjutnya, pada tahap menyusui eksklusif, peserta diberikan pemahaman mengenai manfaat Air Susu Ibu (ASI) bagi bayi dan ibu. Dijelaskan bahwa ASI mengandung antibodi alami yang melindungi bayi dari berbagai infeksi, serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal. Tak hanya teori, peserta juga diajak untuk mempraktikkan beberapa posisi menyusui yang benar dan nyaman, seperti posisi cradle dan football hold. Selain itu, diperkenalkan pula teknik pijat oksitosin sebagai salah satu cara untuk merangsang hormon oksitosin yang berperan dalam memperlancar pengeluaran ASI.

Seorang ibu mempraktikkan pijat bayi dengan bimbingan mahasiswa KKN UNDIP Salsabila Arina Manasikana dalam rangkaian kegiatan edukasi 1000 HPK. Pijat bayi diketahui bermanfaat untuk meningkatkan ikatan emosional dan mendukung pertumbuhan fisik anak.

“Ternyata pijat oksitosin bisa membantu memperlancar asi ya,” komentar Ibu Siti sambil mencoba salah satu posisi yang diperagakan.

Memasuki bagian ketiga, yakni masa pemberian MP-ASI dan lanjutan ASI, dijelaskan bahwa MP-ASI sebaiknya diberikan saat bayi memasuki usia 6 bulan dengan tetap melanjutkan pemberian ASI hingga usia dua tahun. MP-ASI harus memenuhi prinsip gizi seimbang, mencakup sumber karbohidrat, protein, lemak sehat, vitamin, dan mineral. Penjelasan ini kemudian dilengkapi dengan demonstrasi langsung pembuatan makanan pendamping berupa perkedel tahu bayam yang kaya akan zat besi dan protein nabati. Melalui demo ini, ibu-ibu diajak untuk mengetahui cara mengolah makanan pendamping yang sederhana, bergizi, dan sesuai dengan kebutuhan gizi anak.

“Saya jadi pengin langsung coba bikin di rumah, bahannya gampang dan anak pasti suka,” kata salah satu ibu peserta dengan wajah antusias saat mencoba mencicipi hasil demo.

Kegiatan berlangsung secara interaktif dan penuh antusiasme. Para peserta aktif bertanya dan mencoba praktik langsung, khususnya pada sesi pijat oksitosin dan pembuatan makanan pendamping. Diharapkan melalui kegiatan ini, para ibu dapat lebih memahami pentingnya peran mereka dalam mendukung tumbuh kembang anak sejak dini, serta mampu menerapkan informasi yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.

“Saya berharap melalui kegiatan ini, ibu-ibu bisa lebih paham pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan, dan bisa langsung mempraktikkan hal-hal kecil yang berdampak besar untuk tumbuh kembang anak,” ujar Salsabila Arina Manasikana, mahasiswa KKN UNDIP sekaligus pelaksana program.