NASIONALISME.NET, SEMARANG — Desa Sironjang dan Dukuh di Kecamatan Gunungpati, Semarang, adalah sebuah desa yang kaya akan potensi alam. Salah satu kekayaan alami yang melimpah di desa ini adalah keberadaan berbagai tanaman obat keluarga (TOGA) yang dibudidayakan oleh warganya, di mana serai (Cymbopogon nardus L. Rendle) menjadi salah satu primadona utamanya. Desa ini juga memiliki Taman Toga sebagai bentuk kepedulian lingkungan dan keberlanjutan sumber daya lokal.
Melihat potensi besar serai sebagai tanaman multifungsi, Amirah Khairunnisa, seorang mahasiswa peternakan dari Universitas Diponegoro, menginisiasi program sosialisasi melalui Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) di Dusun Sironjang Pakintelan di bawah bimbingan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Prof. Ir. Bambang S., M.Agr.Sc., Ph.D.,IPU.,
Program ini bertajuk “Pemanfaatan Serai Lokal: Solusi Desinfektan Ramah Lingkungan,” bertujuan untuk memperkenalkan inovasi pemanfaatan serai sebagai desinfektan alami yang aman dan mudah dibuat oleh kelompok ternak tani, Ibu PKK dan masyarakat sekitar. Pelaksanaan kegiatan berlangsung di Dusun Sironjang Dusun Dukuh, kelurahan Pakintelan, Kecamatan Gunungpati, Semarang selama 3 hari yaitu 29 Juni, 02 Juli dan 04 Juli 2025.
Serai sendiri wangi menghasilkan bau khas. Minyak atsiri yang terkandung didalamnya yaitu sebanyak 0,4%. Kandungan senyawa yang ada dalam serai wangi antara lain sitronellal, geraniol, sitronellol, geraniol asetat, sitronellol asetat, llimonene, elenol dan sekswiterpene lain dan elemen dan cadinene. Flavonoid, terpenoid, saponin, glikosida, gula, phlobatannin, fenol (mampu menjadi senyawa anti bakterisidal), tanin, antrakuinon, alkaloid, dan minyak atsiri merupakan senyawa aktif yang terkandungan dalam ekstrak daun sirih.
Dalam konteks peternakan dan pertanian di Sironjang, desinfektan serai ini dapat dimanfaatkan secara luas. Misalnya, sebagai desinfektan ladang untuk menjaga kesehatan tanaman dari mikroorganisme merugikan, pencuci sayur yang aman dan bebas residu kimia, serta pembersih kandang ternak untuk mencegah penyebaran penyakit tanpa membahayakan hewan atau lingkungan.
Antusiasme peternak, petani, dan ibu PKK terhadap desinfektan serai saat sosialisasi sangat tinggi. Mereka menjadikannya alternatif murah, aman, dan ramah lingkungan pengganti produk kimia, berkat sifat antimikroba alaminya. Inovasi ini terbukti efektif dan memanfaatkan bahan lokal untuk kesehatan serta ekonomi.
“Masa depan yang lebih bersih, lebih sehat, dan lebih mandiri bukanlah mimpi. Bersama desinfektan serai, saya berharap kegiatan ini akan berkelanjutan untuk menjadi bagian dari perubahan positif serta dapat membangun ekonomi lokal dari potensi alam kita sendiri.” Ujar Amirah.
Komposisi dan Cara Pembuatan Desinfektan Alami Serai
Untuk membuat desinfektan alami ini, bahan utama yang digunakan adalah batang serai, yang dapat dikombinasikan dengan daun sirih dan kulit jeruk nipis untuk meningkatkan efektivitasnya. Proses pembuatannya relatif sederhana:

Penting untuk diperhatikan mengenai daya simpan desinfektan alami ini. Pada suhu ruang, desinfektan ini memiliki daya simpan sekitar 1-2 hari. Untuk memperpanjang masa simpannya, terutama jika disimpan dalam wadah tertutup di lemari pendingin, daya tahannya bisa mencapai 3-5 hari.
Inisiatif ini tidak hanya mendukung gaya hidup sehat dan ramah lingkungan di Sironjang, tetapi juga memberdayakan masyarakat untuk mandiri dalam penyediaan kebutuhan desinfektan sehari-hari.