NASIONALISME.NET — Konflik Iran dan Israel udah jadi salah satu isu paling panas di Timur Tengah selama puluhan tahun. Tapi, banyak orang cuma tahu permukaan aja: Iran benci Israel, Israel takut Iran. Padahal, di balik itu semua, ada sejarah, strategi, dan fakta mengejutkan yang jarang banget dibahas media.
Biar nggak cuma ikut-ikutan panas, yuk kenali lima fakta yang bisa bikin kamu melihat konflik ini dari sudut pandang yang lebih jernih.
1. Konflik Ini Bukan Sekadar Soal Agama
Banyak yang beranggapan bahwa konflik Iran dan Israel murni karena perbedaan agama, yakni antara mayoritas Muslim Syiah di Iran dan mayoritas Yahudi di Israel. Namun, faktanya konflik ini jauh lebih kompleks dan berakar pada kepentingan politik, ekonomi, dan geopolitik.
Iran dan Israel memiliki pertentangan kepentingan regional yang dalam, terutama dalam pengaruh kekuasaan di Timur Tengah. Israel melihat Iran sebagai ancaman utama karena program nuklir dan dukungan Iran terhadap kelompok militan seperti Hezbollah dan Hamas. Sementara itu, Iran menganggap Israel sebagai penjajah yang harus dilawan demi solidaritas bangsa Palestina. Sumber: Council on Foreign Relations (CFR), artikel “The Iran-Israel Conflict: A Historical Overview” (2023) dan BBC News, “Why Iran and Israel are Bitter Enemies” (2024)
2. Israel Pernah Melakukan Serangan Siber ke Fasilitas Nuklir Iran
Selain perang terbuka yang jarang terjadi, Israel juga menggunakan taktik tersembunyi lewat serangan siber untuk menghambat program nuklir Iran. Salah satu serangan siber paling terkenal adalah Stuxnet pada tahun 2010.
Stuxnet adalah malware (program jahat) yang dirancang khusus untuk merusak sentrifugal pengayaan uranium di fasilitas nuklir Natanz, Iran.
Serangan ini diduga kuat merupakan operasi gabungan Amerika Serikat dan Israel, yang berhasil memperlambat kemajuan nuklir Iran tanpa harus menggunakan kekuatan militer langsung.
Serangan ini menunjukkan bahwa konflik antara Iran dan Israel tak cuma terjadi di medan perang fisik, tapi juga di dunia maya dengan teknologi canggih.
Sumber: The New York Times, artikel “Stuxnet Worm Used Against Iran Was Work of U.S. and Israeli Experts, Officials Say” (2012) dan BBC News, “Stuxnet: The Digital Weapon Against Iran’s Nuclear Program” (2020)
3. Peran Energi dan Pengaruh Regional yang Tersembunyi
Konflik Iran dan Israel bukan hanya tentang politik dan agama, tapi juga sangat dipengaruhi oleh pertarungan pengaruh dan sumber daya energi di kawasan Timur Tengah. Iran adalah salah satu negara penghasil minyak terbesar di dunia, dan posisi strategisnya di wilayah ini membuatnya menjadi pemain utama dalam geopolitik energi.
Israel, di sisi lain, walaupun bukan produsen minyak utama, sangat memperhatikan stabilitas energi dan jalur perdagangan yang melewati Timur Tengah. Ketegangan antara kedua negara seringkali berkaitan dengan kontrol atas sumber daya dan jalur distribusi minyak dan gas, yang merupakan komoditas vital bagi perekonomian global.
Lebih dari itu, Iran juga mendukung beberapa kelompok militan dan proxy di negara-negara tetangganya seperti Lebanon (Hezbollah) dan Yaman (Houthi), yang berperan dalam memperluas pengaruhnya dan menekan musuh-musuhnya, termasuk Israel. Hal ini menambah dimensi kompleksitas konflik yang tidak hanya bersifat bilateral, tapi juga melibatkan kekuatan regional dan global.
Jadi, di balik setiap ketegangan dan serangan, ada pertarungan pengaruh strategis yang melibatkan sumber daya energi dan sekutu politik yang memperkuat posisi masing-masing negara di panggung dunia.
Sumber: International Crisis Group, “Middle East Energy Politics and the Iran-Israel Conflict” (2023) dan Al Jazeera, “How Energy Shapes the Iran-Israel Rivalry” (2024)
4. Serangan Iran ke Israel Bukan Bentuk dukungan terhadap palestina
Serangan Iran ke Israel bukan sekadar aksi solidaritas terhadap Palestina, melainkan merupakan respons langsung terhadap serangan Israel yang lebih dulu menyasar fasilitas nuklir Iran. Pada insiden terbaru, Israel diduga melakukan serangan udara atau operasi rahasia yang menimbulkan kerusakan besar dan menewaskan sejumlah ilmuwan serta pekerja di fasilitas nuklir Iran.
Insiden ini meningkatkan ketegangan secara signifikan dan memicu Iran untuk melakukan serangan balasan terhadap target-target Israel. Iran melihat serangan ini sebagai pelanggaran serius terhadap kedaulatan dan keamanan nasionalnya, sehingga respon militernya didasarkan pada prinsip pembelaan diri.
Fakta ini menunjukkan bahwa konflik antara Iran dan Israel kini semakin intens dan penuh dengan aksi timbal balik yang berpotensi memperluas skala konflik di kawasan.
Sumber: Reuters, “Iran Retaliates After Deadly Strike on Nuclear Site” (2025) dan Al Jazeera, “Tensions Escalate After Attack on Iran’s Nuclear Facilities” (2025)
5. Iran dan Israel Pernah Mesra di Era Shah Pahlavi
Sebelum permusuhan memanas seperti sekarang, Iran dan Israel justru pernah menjalin hubungan yang sangat dekat khususnya pada era pemerintahan Shah Mohammad Reza Pahlavi, sebelum Revolusi Islam 1979. Kala itu, Iran adalah salah satu negara Muslim yang diam-diam bekerja sama dengan Israel dalam banyak hal.
Keduanya berbagi kepentingan strategis di kawasan: sama-sama anti-Uni Soviet, dan sama-sama ingin menandingi kekuatan negara-negara Arab yang radikal. Iran bahkan memasok minyak ke Israel dan menjalin kerja sama militer rahasia, termasuk proyek pengembangan rudal bernama Project Flower.
Namun, semua berubah setelah Ayatollah Khomeini memimpin Revolusi Islam dan menjadikan Iran sebagai negara anti-Barat. Sejak saat itu, hubungan kedua negara memburuk drastis dan berubah menjadi permusuhan terbuka yang terus berlanjut hingga hari ini.
Referensi
- India Today, “Iran-Israel: From Close Allies to Enemies” (2025)
- Newlines Magazine, “Iran and Israel’s Covert Friendship” (2022)
- Wikipedia, Project Flower
Penulis: Nugraha Azka Sulthan
Editor: Erna Fitri, Tim NASIONALISME.net