Menelusuri Nilai Pancasila di Pecinan Glodok dalam Dimensi Keberagaman Etika dan Moral

  • Bagikan
Gapura Chinatown Glodok Pancoran Simbol Budaya Tionghoa di Jakarta (Dok. Penulis)

NASIONALISME.NET, JAKARTA – Mahasiswa Universitas Mercu Buana melaksanakan kunjungan lapangan ke kawasan Pecinan Glodok, Jakarta Barat. Kegiatan ini merupakan bagian dari program mata kuliah Pancasila yang bertujuan memupuk rasa toleransi sekaligus menelaah penerapan nilai-nilai Pancasila di kawasan Pecinan Glodok dalam konteks etika dan moral.

Pecinan Glodok dikenal tidak hanya sebagai kawasan perdagangan, tetapi juga sebagai pusat budaya Tionghoa di Jakarta. Kawasan ini menyimpan sejarah panjang sebagai simbol harmoni keberagaman. Dari kuliner yang beragam hingga tradisi barongsai, Glodok menawarkan pengalaman unik bagi siapa saja yang mengunjunginya.

Mahasiswa Universitas Mercu Buana Melaksanakan Kunjungan Lapangan ke Pecinan Glodok Pada Minggu, 15/12/2024 (Dok: Pribadi )

Dr. Rosmawaty H. Pandjaitan, S.Sos., M.T., CPR., CICS, dosen mata kuliah Pancasila yang turut serta dalam kunjungan ini, menyatakan pentingnya kegiatan lapangan dalam membangun kesadaran mahasiswa terkait toleransi dalam dimensi etika dan moral.

“Harapannya, dengan kunjungan ini mahasiswa dapat membuka wawasan dan belajar langsung bagaimana toleransi dapat terjaga di Pecinan,” ujarnya.

Mahasiswa Universitas Mercu Buana juga mendapatkan kesempatan mempelajari kehidupan sehari-hari masyarakat Pecinan, merasakan keberagaman budaya, dan mengamati praktik nilai-nilai Pancasila yang hidup dalam keseharian warga setempat.

Jejak Sejarah Pecinan Glodok

Sejarah Glodok bermula pada abad ke-17 ketika pemerintah kolonial VOC Belanda menetapkan kawasan ini sebagai tempat tinggal masyarakat Tionghoa demi alasan keamanan. Nama “Glodok” berasal dari bahasa Sunda, golodok, yang berarti “pintu masuk rumah,” menggambarkan peran Jakarta sebagai gerbang Kerajaan Sunda Kuno.

Hingga kini, Glodok dikenal sebagai pusat perdagangan sekaligus pusat budaya Tionghoa terbesar di Indonesia. Etnis Tionghoa di kawasan ini telah menjadi motor penggerak perekonomian Jakarta sejak masa lampau.

Kuliner dan Budaya yang Tak Lekang oleh Waktu

Kawasan Petak 6 Ramai Didatangi Oleh Pengunjung (Dok.Penulis)

Salah satu daya tarik utama Glodok adalah Petak 6, kawasan kuliner yang menghadirkan ragam makanan halal dan non-halal. Para pedagang dengan etis menandai produknya, memudahkan pengunjung memilih sesuai keyakinan mereka. Selain itu, pertunjukan barongsai kerap menghiasi kawasan ini, terutama pada hari-hari besar, menambah daya tarik wisata budaya. Barongsai, yang dipercaya membawa keberuntungan, memiliki sejarah panjang yang dapat ditelusuri hingga masa Dinasti Qin pada abad ke-3 SM.

Etika, Moral, dan Nilai Pancasila di Glodok

Kunjungan ini memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang bagaimana etika dan moral masyarakat setempat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, sikap ramah pedagang terhadap pembeli tanpa membedakan latar belakang, serta penataan makanan halal dan non-halal yang mencerminkan penghormatan terhadap keberagaman keyakinan.

Nilai-nilai Pancasila pun terlihat nyata di kawasan ini:

  • Sila Ke-1: Ketuhanan Yang Maha Esa — Harmoni kehidupan di Glodok mencerminkan penghormatan terhadap perbedaan agama.
  • Sila Ke-2: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab — Sikap sopan santun pedagang dan pengunjung menunjukkan nilai kemanusiaan.
  • Sila Ke-3: Persatuan Indonesia — Keberagaman di Glodok menjadi kekuatan yang memperindah harmoni.

Bahkan hal kecil, seperti satpam yang membantu penyeberangan jalan dengan ramah, menjadi bukti nyata moralitas yang selalu hidup di kawasan ini.

Belajar dari Glodok

Pecinan Glodok adalah simbol keberagaman budaya, agama, dan tradisi yang hidup berdampingan secara harmonis. Dari sejarah panjang hingga keberagaman kuliner dan tradisi, kawasan ini mengajarkan pentingnya toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan.

Bagi siapa pun yang ingin merasakan keunikan budaya Tionghoa sambil menikmati wisata kuliner, Pecinan Glodok adalah destinasi yang tidak boleh dilewatkan. Di sini, nilai-nilai Pancasila diterapkan secara nyata, menjadikan kawasan ini tidak hanya bersejarah, tetapi juga cerminan harmoni dalam keberagaman.

Melalui kunjungan ini, mahasiswa Universitas Mercu Buana diharapkan tidak hanya memperoleh pemahaman teoritis, tetapi juga pengalaman langsung yang dapat meningkatkan apresiasi terhadap budaya serta memperkuat rasa toleransi dan kepedulian terhadap keragaman etnis.

Editor: Erna Fitri, Tim NASIONALISME.net

Editor: Nur Ardi
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *