NASIONALISME.NET, DEMAK — Kegiatan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) yang dilaksanakan oleh Tim 18 Target 2 Kelompok 1 selama dua bulan di Desa Morodemak, Desa Purworejo, dan Desa Margolinduk, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, merupakan bentuk nyata dari pengabdian mahasiswa kepada masyarakat.
Dalam jangka waktu yang cukup singkat namun padat makna ini, kami hadir untuk mendampingi masyarakat desa pesisir yang memiliki kekayaan hasil laut, namun masih menghadapi berbagai tantangan dalam hal pengelolaan, pemasaran, dan pengembangan usaha produk perikanan mereka.
Ketiga desa ini merupakan desa pesisir yang menggantungkan kehidupan sebagian besar penduduknya pada sektor perikanan. Data dari pemerintah desa menunjukkan bahwa sekitar 90% masyarakat bermata pencaharian sebagai nelayan atau bekerja di sektor turunan hasil laut, seperti pengolah hasil tangkapan atau penjual hasil laut di pasar tradisional.
Hasil laut yang melimpah seperti ikan, cumi-cumi, dan kepiting menjadi sumber utama penghidupan mereka. Namun, sayangnya, potensi besar tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena sistem pemasaran masih bersifat konvensional, belum adanya kemasan yang layak, dan kurangnya akses terhadap teknologi digital serta pasar modern.
Sejak awal, kami menyadari bahwa potensi laut bukan satu-satunya kekuatan yang dimiliki masyarakat. Mereka punya semangat juang, kerja keras, dan kearifan lokal yang luar biasa. Namun, keterbatasan dalam akses informasi, minimnya pemahaman teknologi digital, serta sistem pemasaran yang masih konvensional membuat potensi ekonomi lokal belum bisa bersaing di pasar modern.
Produk-produk hasil tangkapan nelayan masih dijual melalui tengkulak atau pasar tradisional, dengan harga yang sering kali tidak menguntungkan bagi nelayan itu sendiri. Kegiatan kami dimulai dengan observasi dan dialog langsung bersama aparat desa dan kelompok nelayan.
Langkah ini penting untuk memahami kondisi sosial ekonomi masyarakat sekaligus menggali informasi mengenai jenis-jenis produk yang bisa dipromosikan. Dari ikan segar, cumi-cumi, hingga produk olahan seperti ikan asap dan kerupuk, semuanya memiliki nilai jual yang sebenarnya bisa lebih tinggi jika dikemas dan dipasarkan dengan cara yang tepat.
Melalui KKN Tematik ini, kami hadir dengan tema besar “Penguatan Branding dan Digitalisasi Pemasaran Produk Perikanan.” Tujuan utama program ini adalah membantu masyarakat mengenal dan menggunakan teknologi digital untuk memperluas pasar mereka, sekaligus memperbaiki cara memasarkan dan mengemas produk agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
Dalam pelaksanaan program, kami menjalankan dua kegiatan utama berbasis multidisiplin, yaitu: (1) pengisian konten digital dan deskripsi produk untuk Webapps Bahari Demak, serta multidisplin yang ke (2) perancangan desain dan konsep kemasan produk hasil laut.
Program pertama kami fokuskan pada pendampingan pelaku usaha perikanan agar bisa memanfaatkan platform digital sebagai sarana promosi. Melalui Webapps Bahari Demak, masyarakat diajarkan bagaimana menuliskan deskripsi produk yang menarik, memotret produk dengan pencahayaan yang baik, dan mengunggahnya ke media digital.
Untuk mendukung program ini, saya, Eben Haezer Siboro, mahasiswa Administrasi Publik, berperan aktif dalam “Mengisi dan menyusun data profil desa” yang mencakup sejarah desa, potensi unggulan, sektor ekonomi, dan informasi umum lainnya. Data ini bukan hanya penting untuk mengisi konten digital, tetapi juga menjadi fondasi dalam membangun narasi branding desa dan produknya. Dengan menampilkan identitas desa secara menarik, maka calon pembeli juga bisa merasakan kedekatan emosional dengan produk yang ditawarkan.
Sementara itu, program kedua diarahkan pada pembuatan kemasan produk yang profesional dan menarik. Kami melihat bahwa sebagian besar hasil laut masih dijual dalam bentuk curah atau tanpa kemasan, sehingga nilainya rendah di mata konsumen modern.
Melalui dialog dan observasi lapangan, saya juga melakukan pemetaan kebutuhan pelaku usaha dan UMKM lokal terkait desain dan kemasan. Dari hasil pemetaan, diketahui bahwa masyarakat memiliki keinginan kuat untuk membuat kemasan yang full print dan lebih menarik dari segi penampilan, namun masih terkendala modal, pengetahuan desain, dan akses bahan kemasan. Menjawab hal ini, tim kami merancang beberapa desain kemasan yang tidak hanya memperhatikan estetika, tetapi juga informasi penting seperti label halal, izin edar, komposisi, hingga barcode yang bisa dihubungkan ke profil produk di Webapps.
Tidak berhenti di dua program utama tersebut, kami juga merasa penting untuk menyisipkan program penyuluhan sosial yang relevan dengan kondisi masyarakat saat ini. Mahasiswa Administrasi Publik yaitu Eben Haezer Siboro bersama Reva, mahasiswa Ilmu Komunikasi, kami melaksanakan kegiatan sosialisasi literasi media dengan topik “Memahami dan Menyaring Informasi Media dengan Regulasi untuk Menangkal Hoaks.”
Kegiatan ini diadakan karena kami melihat bahwa masyarakat sering kali menerima informasi dari media sosial tanpa menyaring kebenarannya. Banyak dari mereka yang tidak tahu bagaimana cara membedakan berita benar dan palsu, sehingga bisa terjebak dalam arus informasi yang menyesatkan.
Dalam sosialisasi ini, kami menyampaikan materi dengan bahasa sederhana, memberikan contoh nyata hoaks yang pernah beredar, dan membagikan cara sederhana untuk memverifikasi informasi. Masyarakat menyambut kegiatan ini dengan antusias dan berharap bisa ada pendampingan lanjutan.
Selain kegiatan edukatif dan ekonomi, kami juga tidak lupa untuk turut serta dalam aktivitas sosial keagamaan di desa. Salah satu kegiatan yang kami lakukan adalah kerja bakti bersama membersihkan Masjid Baiturrahman di Desa Purworejo. Kegiatan ini kami lakukan bersama pengurus masjid menjelang masuknya musim kemarau, agar tempat ibadah tetap bersih dan nyaman digunakan warga.
Kami membersihkan halaman, tempat wudhu, bagian dalam masjid, serta membantu menata ulang alat ibadah. Meskipun sederhana, kegiatan ini sangat berarti karena menunjukkan bahwa mahasiswa tidak hanya hadir sebagai pelatih atau pendamping, tetapi juga sebagai bagian dari masyarakat yang peduli.
Selama dua bulan kegiatan, kami merasakan secara langsung bagaimana interaksi dan kolaborasi dengan masyarakat menjadi pengalaman yang sangat berharga.
Kami belajar bahwa perubahan tidak bisa terjadi dalam waktu singkat, tetapi langkah kecil seperti memperkenalkan media digital, merancang kemasan, hingga menyusun profil desa, bisa menjadi awal yang besar jika diteruskan dan dijaga secara berkelanjutan.
Harapan kami, apa yang telah kami mulai dalam waktu dua bulan ini dapat menjadi pemicu perubahan yang lebih luas. Desa Morodemak, Purworejo, dan Margolinduk memiliki modal sosial, sumber daya, dan semangat masyarakat yang luar biasa. Dengan pendampingan yang berkelanjutan dari pemerintah daerah, dinas perikanan, serta lembaga pendidikan tinggi, maka ketiga desa ini bisa menjadi model desa pesisir berbasis ekonomi digital dan masyarakat melek teknologi.
KKN Tematik ini bukan sekadar tugas akademik, melainkan momen pertumbuhan dan pengabdian. Kami datang bukan hanya untuk memberikan ilmu, tapi juga untuk belajar, mendengar, dan tumbuh bersama masyarakat. Semoga program ini terus memberi manfaat dan menjadi langkah awal menuju desa yang lebih kuat, mandiri, dan modern.
Editor: Erna Fitri, Tim NASIONALISME.net