TikTok sebagai Alat Edukasi Sosial: Pengaruhnya terhadap Remaja dan Implikasinya bagi Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNTAG Surabaya

  • Bagikan
Ilustrasi Penggunaan Aplikasi TikTok (Dok. Istimewa)

NASIONALISME.NET — Media sosial, terutama platform seperti TikTok, telah merubah banyak aspek kehidupan manusia, dari cara kita berkomunikasi, berbagi informasi, hingga bagaimana kita membentuk opini tentang isu-isu sosial. TikTok, yang kini menjadi salah satu platform dengan pengguna terbanyak, khususnya di kalangan remaja, tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan, tetapi juga telah berkembang menjadi alat edukasi yang cukup kuat.

Melalui video-video pendek yang kreatif dan mudah dicerna, TikTok memberikan kesempatan bagi penggunanya untuk mempelajari berbagai isu sosial yang penting, mulai dari perubahan iklim, kesetaraan gender, hingga masalah politik. Berbagai topik yang sebelumnya mungkin hanya dibicarakan di ruang akademik atau media tradisional kini dapat dengan mudah diakses oleh siapa saja, bahkan oleh remaja yang sedang mencari hiburan atau informasi ringan.

Fenomena ini menjadikan TikTok lebih dari sekadar platform untuk bersenang-senang, tetapi juga sebagai ruang yang dapat membentuk pemahaman mereka mengenai dunia sekitar. Namun, fenomena ini memiliki dampak yang sangat kompleks bagi remaja, baik positif maupun negatif.

Salah satu dampak positif yang signifikan dari TikTok adalah kemampuannya untuk menyebarkan kesadaran mengenai isu sosial dengan cara yang sangat mudah diakses, serta menarik perhatian pengguna dari berbagai kalangan, terutama remaja.

Platform ini memungkinkan berbagai konten kreatif dan informatif tentang topik-topik penting seperti hak asasi manusia, perubahan iklim, dan keberagaman sosial untuk bisa dengan cepat viral dan menjangkau audiens yang lebih luas. Berkat format video yang singkat, menarik, dan mudah dicerna, TikTok menyediakan sarana yang efisien bagi penggunanya untuk mempelajari berbagai isu sosial dengan cara yang menyenangkan, interaktif, dan tidak membosankan.

Misalnya, banyak sekali akun-akun di TikTok yang dengan aktif mengedukasi pengikutnya mengenai pentingnya menjaga keberagaman budaya, meningkatkan kesadaran terhadap dampak perubahan iklim, serta mendorong partisipasi dalam gerakan-gerakan sosial yang dapat membawa perubahan positif.

Penelitian yang dilakukan oleh Boulianne (2015) juga menegaskan bahwa media sosial, termasuk TikTok, memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk opini publik, khususnya dalam menyebarkan pesan-pesan sosial yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu penting tersebut.

Dengan cara ini, TikTok tidak hanya menjadi ruang hiburan semata, tetapi juga berfungsi sebagai alat edukasi yang efektif, meskipun tantangan terhadap kualitas informasi tetap perlu diwaspadai.

Namun, meskipun TikTok memiliki potensi besar untuk menjadi alat edukasi yang efektif, platform ini juga membawa sejumlah tantangan yang perlu diwaspadai.

Salah satu masalah utama adalah kemampuannya untuk menjadi sarana penyebaran informasi yang tidak akurat, bahkan hoaks. TikTok menggunakan algoritma yang dirancang untuk memaksimalkan interaksi antar pengguna, yang berarti konten-konten yang kontroversial, sensasional, atau provokatif cenderung mendapatkan lebih banyak perhatian.

Konten semacam ini, meskipun sering kali kurang berkualitas dan tidak berbasis pada fakta yang valid, tetap mendapatkan visibilitas tinggi. Ini menciptakan risiko besar bagi remaja, yang mungkin belum memiliki kemampuan untuk membedakan antara informasi yang benar dan salah.

Sebagai contoh, video yang memuat stereotip atau informasi yang salah tentang kelompok tertentu dapat dengan cepat menyebar, mendapatkan ribuan bahkan jutaan views, tanpa adanya klarifikasi atau pengecekan fakta yang memadai. Fenomena ini berpotensi merusak tujuan pendidikan sosial yang ideal, di mana seharusnya informasi yang disebarkan didasarkan pada fakta yang kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan.

Jika informasi yang tidak akurat ini terus beredar, bukan hanya pemahaman remaja tentang isu sosial yang bisa terdistorsi, tetapi juga dapat memperburuk perpecahan sosial, karena orang-orang cenderung mempercayai dan menyebarkan informasi yang sejalan dengan pandangan pribadi mereka, tanpa melihat fakta secara objektif. Hal ini tentu saja memperburuk proses edukasi dan membatasi kemampuan remaja untuk mengembangkan pemikiran kritis yang diperlukan dalam menyaring informasi di era digital ini.

Dalam konteks pendidikan, fenomena ini menunjukkan perlunya peran orang tua dan pendidik dalam memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada remaja mengenai bagaimana menyaring informasi.

Misalnya, di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya, literasi media sudah menjadi bagian penting dalam kurikulum. Mahasiswa diajarkan untuk memahami bagaimana media sosial bekerja dan dampaknya terhadap persepsi publik. Hal ini menjadi relevansi yang penting, terutama ketika kita mempertimbangkan bahwa generasi muda saat ini adalah pengguna aktif media sosial yang lebih mengandalkan platform seperti TikTok untuk mendapatkan informasi.

Selain itu, keberagaman konten yang ada di TikTok juga memunculkan tantangan tersendiri dalam dunia pendidikan, khususnya bagi remaja. Tanpa adanya pembekalan yang memadai, remaja yang terpapar berbagai jenis konten yang beredar di platform ini dapat dengan mudah terjebak dalam informasi yang menyimpang, menyesatkan, atau bahkan bias.

Ketika informasi disajikan dengan cara yang menghibur dan menarik, sangat mungkin bagi remaja untuk menerima konten tersebut tanpa melakukan verifikasi lebih lanjut. Di sinilah pentingnya pendidikan yang tidak hanya fokus pada pengajaran tentang isu sosial yang relevan, tetapi juga pada penguatan literasi media yang mengajarkan remaja untuk berpikir kritis.

Literasi media yang dimaksud mencakup kemampuan untuk mengkritisi, menyaring, dan mengevaluasi setiap informasi yang diterima, sehingga remaja tidak hanya menjadi konsumen informasi yang pasif, tetapi juga dapat membedakan mana informasi yang sahih dan mana yang tidak.

Dengan demikian, mereka tidak hanya mampu menyerap pengetahuan secara selektif, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menjadi produsen informasi yang bertanggung jawab, yang tidak hanya mempertimbangkan dampak dari apa yang mereka unggah, tetapi juga bagaimana informasi tersebut dapat memengaruhi masyarakat secara luas.

Mengembangkan kemampuan ini sangat penting di era digital saat ini, agar remaja dapat berpartisipasi secara bijak dalam percakapan sosial, memahami berbagai perspektif, dan turut menjaga keberagaman informasi yang sehat dan berimbang di dunia maya.

TikTok memiliki peran yang sangat penting dalam mengedukasi remaja mengenai berbagai isu sosial. Di satu sisi, platform ini memberikan kesempatan untuk mempelajari hal-hal baru secara cepat dan mudah, bahkan dalam format yang menyenangkan. Melalui video singkat dan kreatif, banyak informasi bermanfaat yang dapat diakses, mulai dari topik kesehatan, politik, hingga budaya populer.

Di sisi lain, TikTok juga menimbulkan tantangan dalam hal penyebaran informasi yang tidak akurat dan potensi polaritas sosial yang semakin tajam. Misinformasi bisa dengan mudah tersebar dalam bentuk video yang viral, yang bisa mempengaruhi opini dan perilaku remaja. Oleh karena itu, pendidikan literasi media dan bimbingan dari orang tua serta pendidik sangat diperlukan untuk memastikan bahwa remaja dapat memanfaatkan TikTok secara bijak.

Sebagai generasi penerus, remaja harus dibekali dengan kemampuan untuk menyaring informasi yang mereka terima, berpikir kritis terhadap setiap konten yang mereka konsumsi, serta memahami dampak dari setiap pesan yang disampaikan. Hal ini penting agar mereka tidak hanya menjadi konsumen konten, tetapi juga pembuat konten yang bertanggung jawab dan berdampak positif.

Daftar Pustaka

Boulianne, S. (2015). Social Media Use and Participation: A Meta-Analysis of Current Research. Information, Communication & Society.

Rijal, S., Ausat, A. M. A., & Siminto. (2024). The Role of Social Media in Enhancing Social

Awareness and Community Participation in Education. Indo-MathEdu Intellectuals Journal, 5 (2), 2385-2398.

Ditulis oleh David Wicaksono, Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Editor: Erna Fitri, Tim NASIONALISME.net

Penulis: David WicaksonoEditor: Erna Fitri
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *